Menerima (Lagi)
Aku pernah menangis setiap malam, dan menyalahkan Allah.
Hingga di satu titik, nyatanya aku memang tidak butuh bantuan siapapun, kecuali Allah.
Bahkan sekarang jika ingin ke dokter atau ke klinik yang baru, aku selalu istikharah dulu, biar uang yang ku keluarkan, tenaga yang kuhabiskan, dan waktu yang kukorbankan untuk terapi Fariz benar-benar tidak akan membuatku merasa menderita.
Kupikir aku sudah menerima. Aku seperti tak berharap apapun untuk Fariz. Kemajuan demi kemajuan kuanggap sebagai wujud apresiasi Allah padaku. Hehe. Boleh kan kalau sombong.
Tapi, hari ini.
Kupikir aku sudah menerima,
Tapi kulihat seorang teman yang mendaftarkan anaknya sekolah masuk SD, goyah lagi hatiku.
Kupikir aku sudah berhenti membandingkan, ternyata masih tebersit di dalam hati "aku pernah membayangkannya, mendaftarkan Fariz ke sekolah dasar".
Ternyata penerimaan bukan hanya sekali-kali.
Menurutku, dia seperti iman, yang perlu diisi berkali-kali, butuh kekonsistenan.
Bismillah.
Mulai belajar menerima lagi.
Komentar
Posting Komentar