Kenapa sebagian besar dokter Anak tidak menyarankan untuk diet bagi anak autis?

Penting untuk dipahami bahwa sikap dokter ini bukan karena tidak peduli, tetapi justru didasari oleh prinsip kehati-hatian medis, bukti ilmiah, dan pertimbangan kesejahteraan anak secara menyeluruh.

Berikut adalah alasan-alasan utamanya:

1. Bukti Ilmiah yang Lemah dan Tidak Konsisten

Ini adalah alasan paling utama. Dalam dunia kedokteran, sebuah terapi atau intervensi baru akan direkomendasikan secara luas jika sudah terbukti efektif melalui penelitian berskala besar, acak, dan terkontrol (di mana ada kelompok yang diet dan ada kelompok plasebo/kontrol).

  • Studi yang Ada: Banyak penelitian tentang diet GFCF pada anak autis berskala kecil, tidak memiliki kelompok kontrol yang memadai, dan seringkali hasilnya hanya berdasarkan laporan subjektif dari orang tua.

  • Hasil yang Bertentangan: Beberapa studi menunjukkan sedikit perbaikan pada sebagian kecil anak, namun lebih banyak lagi penelitian berkualitas tinggi yang tidak menemukan perbedaan signifikan antara anak yang diet GFCF dengan yang tidak.

  • Efek Plasebo: Ketika orang tua memberikan upaya besar (waktu, biaya, tenaga) untuk sebuah diet, ada kecenderungan kuat untuk melihat perbaikan meskipun mungkin tidak ada perubahan nyata. Ini disebut efek plasebo, dan sangat sulit dihindari dalam penelitian diet.

Karena tidak ada bukti ilmiah yang kuat dan konsisten, organisasi kesehatan besar seperti American Academy of Pediatrics tidak merekomendasikannya sebagai pengobatan standar.

2. Risiko Kekurangan Gizi (Malnutrisi)

Ini adalah kekhawatiran terbesar kedua bagi para dokter. Menghilangkan dua kelompok makanan utama (produk susu dan biji-bijian yang mengandung gluten) dari pola makan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan sangat berisiko.

  • Susu dan Produk Olahannya: Merupakan sumber utama Kalsium dan Vitamin D yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat. Kekurangan kalsium di masa kecil dapat berdampak pada kepadatan tulang seumur hidup.

  • Gandum dan Biji-bijian: Merupakan sumber penting Serat, Vitamin B (seperti Asam Folat), dan mineral lainnya. Diet bebas gluten yang tidak direncanakan dengan baik bisa menyebabkan sembelit dan kekurangan nutrisi penting lainnya.

  • Anak Autis Seringkali Picky Eater: Banyak anak dengan autisme sudah memiliki pola makan yang sangat terbatas. Menghilangkan lebih banyak jenis makanan dari daftar mereka dapat membuat asupan gizi mereka menjadi semakin buruk dan sulit.

3. Beban Finansial dan Sosial bagi Keluarga

Dokter juga mempertimbangkan dampak praktis dari diet ini terhadap keluarga.

  • Biaya Mahal: Produk makanan bebas gluten dan bebas susu harganya jauh lebih mahal daripada produk biasa.

  • Sulit Diterapkan: Diet ini membutuhkan waktu dan energi ekstra untuk menyiapkan makanan khusus, membaca label dengan teliti, dan memastikan tidak ada kontaminasi silang.

  • Isolasi Sosial: Anak bisa merasa terasingkan saat tidak bisa makan kue ulang tahun di pesta temannya, jajan di sekolah, atau makan di luar bersama keluarga. Hal ini bisa menambah tingkat stres bagi anak dan keluarga.

4. Fokus pada Terapi yang Sudah Terbukti (Evidence-Based)

Dokter lebih memilih untuk merekomendasikan energi, waktu, dan biaya keluarga difokuskan pada terapi yang sudah terbukti secara ilmiah efektif membantu anak autis, seperti:

  • Terapi Perilaku Terapan (ABA - Applied Behavior Analysis)

  • Terapi Wicara

  • Terapi Okupasi

Ada kekhawatiran bahwa jika keluarga terlalu fokus pada diet yang belum terbukti, mereka mungkin akan mengurangi porsi atau intensitas terapi yang justru sudah jelas manfaatnya.

Lalu, Mengapa Ada Orang Tua yang Merasa Diet Ini Berhasil?

Dokter memahami adanya laporan-laporan anekdotal dari orang tua. Beberapa kemungkinan penjelasannya adalah:

  • Anak Memang Memiliki Alergi/Intoleransi: Sebagian kecil anak autis mungkin memang memiliki kondisi medis lain seperti penyakit Celiac (alergi gluten parah), sensitivitas gluten non-celiac, atau alergi susu. Pada kasus ini, menghilangkan makanan tersebut tentu akan membuat mereka merasa lebih baik secara fisik (sakit perut hilang, lebih nyaman), yang kemudian berpengaruh positif pada perilaku mereka.

  • Perubahan Pola Makan Secara Umum: Seringkali saat memulai diet GFCF, orang tua juga mulai menghilangkan junk food, makanan olahan, gula berlebih, dan pewarna buatan. Perubahan ke pola makan yang lebih sehat inilah yang mungkin memberikan dampak positif, bukan semata-mata karena hilangnya gluten dan kasein.

Kesimpulan:

Dokter tidak menyarankan diet ini secara umum bukan karena anti terhadap diet, tetapi karena prinsip "do no harm" (jangan membahayakan). Risiko malnutrisi, beban bagi keluarga, dan kurangnya bukti ilmiah yang kuat membuat mereka sangat berhati-hati.

Saran terbaik jika Anda tertarik dengan diet ini adalah:

  1. Diskusikan dengan Dokter Anak Anda: Bicarakan ketertarikan Anda secara terbuka.

  2. Lakukan Pemeriksaan Medis: Mintalah dokter untuk memeriksa kemungkinan adanya alergi susu, penyakit Celiac, atau intoleransi makanan lainnya.

  3. Libatkan Ahli Gizi: Jika Anda dan dokter memutuskan untuk mencoba diet ini, wajib berkonsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan semua kebutuhan nutrisi anak tetap terpenuhi dan pertumbuhannya terpantau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Kamu Enggak Bisa Normal???

Memahami Diet Rotasi Eliminasi: Langkah Awal Praktis untuk Nutrisi Anak Autis

Selamat Datang Kembali