Bumi
"Pakai tas plastik nggak kak?" Aku mendengar suara itu beberapa kali. Lantas aku tersenyum bahagia ketika beberapa orang menggeleng, memilih membawa langsung belanjaan mereka dengan tangan atau memasukkannya kedalam kantong belanja yang mereka bawa. Namun, aku kembali menghela nafas sedih ketika ada yang mengangguk sebagai tanda bahwa ia ingin menggunakan tas plastik.
Diantara banyak hal yang membuatku sedih, ada juga hal yang membuatku senang terhadap kelakuan manusia.
Diantara banyak hal yang manusia lakukan untuk merusakku, sengaja ataupun tidak sengaja, ada juga diantara mereka yang kembali rela bersusah payah untuk menjagaku.
Aku tahu, mereka yang membawa kantong belanja sebagai tambahan list barang bawaan ketika mereka bepergian.
Aku juga tahu, tidak sedikit perempuan yang pada akhirnya memilih menstrual cup sebagai pengganti pembalut mereka. Terlalu kagum pada mereka yang sebelumnya takut menggunakan menstrual cup, tapi tetap berniat untuk mencoba hanya untuk diriku.
Tak jarang pula kudengar mereka beralih ke pembalut kain untuk mengurangi sampah.
Aku juga tahu, mereka yang selalu membawa tumbler atau tempat minum sendiri. Bahkan beberapa membawa tempat makan sendiri untuk mengurangi plastik pembungkus.
Aku tahu, mereka yang tidak lagi menggunakan sedotan plastik.
Aku tahu mereka yang rela memilah sampah lantas mengurusnya dengan baik.
Dan aku juga tahu mereka yang mewadahi manusia-manusia hebat ini untuk menjagaku dengan tidak memfasilitasi pengadaan tas plastik pada usaha mereka kecuali dengan syarat tertentu.
Yaa Aku tahu.
Tapi, kenapa aku masih sakit?
Komentar
Posting Komentar