Mengapa Psikolog dan Terapis menyarankan Anak Autis untuk Diet?
Adanya jawaban yang berbeda dari profesional antara dokter dan terapis adalah salah satu tantangan terbesar bagi orang tua anak dengan autisme.
Jawaban "iya, harus diet" dari psikolog dan terapis yang menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tidak berarti jawaban dokter sebelumnya salah. Ini menunjukkan bahwa mereka melihat anak dari sudut pandang dan prioritas yang berbeda.
Mari kita bedah mengapa psikolog dan terapis seringkali memiliki pandangan seperti ini:
1. Fokus Utama pada Perilaku dan Kemampuan Belajar
Fokus utama seorang psikolog atau terapis adalah perilaku, fungsi sensorik, dan kemampuan anak untuk fokus dan belajar dalam sesi terapi. Mereka mengamati secara langsung bagaimana kondisi anak dari hari ke hari memengaruhi kemampuannya untuk menerima pelajaran.
Dari sudut pandang mereka:
Jika seorang anak tampak lebih hiperaktif, sulit fokus, atau rewel setelah mengonsumsi makanan tertentu, mereka akan melihat makanan itu sebagai penghalang kemajuan terapi.
Tujuan mereka adalah menciptakan kondisi seoptimal mungkin agar anak siap belajar. Jika diet diyakini bisa membuat anak lebih tenang dan fokus, maka diet menjadi alat yang logis untuk mendukung keberhasilan terapi.
2. Pendekatan Holistik dan Konsep "Gut-Brain Axis"
Banyak terapis modern mengadopsi pendekatan yang lebih holistik. Mereka sangat tertarik pada konsep "Gut-Brain Axis" (Poros Usus-Otak). Ini adalah sebuah bidang ilmu yang terus berkembang yang menunjukkan adanya komunikasi dua arah yang sangat kuat antara kesehatan sistem pencernaan dan fungsi otak.
Teorinya adalah:
Jika usus mengalami peradangan (misalnya karena tidak bisa mencerna gluten atau kasein dengan baik), ia bisa "bocor" (leaky gut).
Zat-zat yang seharusnya tidak masuk ke aliran darah bisa lolos dan memengaruhi otak, menyebabkan "kabut otak" (brain fog), hiperaktivitas, atau perubahan suasana hati.
Dengan "menenangkan" usus melalui diet, diharapkan fungsi otak dan perilaku anak juga akan membaik.
Meskipun bukti klinis yang kuat untuk autisme secara spesifik masih terus diperdebatkan di kalangan medis, konsep ini sangat populer dan berpengaruh di kalangan praktisi terapi.
3. Berdasarkan Pengalaman Praktis (Anecdotal Evidence)
Terapis dan psikolog bekerja di "garis depan". Mereka mungkin telah menangani puluhan atau ratusan anak. Selama bertahun-tahun, mereka mengumpulkan pengalaman praktis.
Mereka mungkin telah melihat sendiri beberapa anak (bukan semua) yang menunjukkan kemajuan perilaku setelah orang tuanya menerapkan diet.
Mereka juga sering mendengar cerita sukses dari orang tua lain dalam komunitas mereka.
Pengalaman langsung ini, meskipun bukan penelitian ilmiah terkontrol, menjadi dasar yang kuat bagi mereka untuk merekomendasikan hal yang sama kepada klien lain sebagai sesuatu yang "patut dicoba".
Perbedaan Kacamata Dokter vs. Terapis
Bayangkan mereka memakai kacamata dengan lensa yang berbeda:
Jadi, Apa yang Harus Anda Lakukan?
Anda berada di posisi sebagai "manajer kasus" untuk Anak, dan kebingungan ini sangatlah valid. Langkah terbaik adalah menjadi jembatan antara kedua pihak ini.
Jadilah Jembatan Komunikasi: Beri tahu dokter anak Anda apa yang disarankan oleh terapis dan psikolog. Sampaikan, "Terapis menyarankan diet GFCF karena mereka melihat potensi perbaikan pada fokus dan perilakunya. Bagaimana pendapat Dokter mengenai hal ini, dan bagaimana kita bisa mencobanya dengan aman?"
Tanyakan "Mengapa" pada Terapis: Tanyakan lebih dalam kepada terapis. "Berdasarkan pengamatan Ibu/Bapak terhadap anak saya, perilaku spesifik apa yang diharapkan bisa membaik dengan diet ini? Apakah ada tanda-tanda khusus pada anak saya yang membuat Ibu/Bapak merekomendasikannya?"
Prioritaskan Keamanan Nutrisi (Jalan Tengah): Ini adalah kunci. Anda bisa menyatukan kedua saran tersebut. Katakan pada diri Anda, "Baik, saya akan mencoba saran terapis untuk diet, TAPI dengan cara yang aman sesuai anjuran dokter."
Lakukan Uji Coba Terstruktur: Jika Anda memutuskan untuk mencoba, lakukan dengan cara yang terukur:
Konsultasi Ahli Gizi: Ini langkah wajib. Minta ahli gizi untuk merancang menu diet yang tetap memenuhi semua kebutuhan kalsium, vitamin D, serat, dan nutrisi penting lainnya.
Buat Catatan Harian: Sebelum memulai, catat perilaku spesifik Fariz selama seminggu (mis: durasi kontak mata, jumlah kata, frekuensi tantrum, kualitas tidur).
Lakukan Diet & Catat Lagi: Terapkan diet sambil terus mencatat perilaku yang sama.
Evaluasi Bersama: Setelah 1-3 bulan, bawa catatan Anda dan tunjukkan kepada dokter dan terapis. "Ini data sebelum dan sesudah diet. Apakah kita melihat perbaikan yang signifikan dan objektif?"
Dengan cara ini, Anda tidak menolak saran siapa pun. Anda menghargai masukan terapis, sekaligus menjalankan prinsip kehati-hatian medis dari dokter. Anda membuat keputusan berdasarkan data spesifik pada anak Anda, bukan hanya teori atau keyakinan.
Di tengah banyaknya informasi, penting untuk menemukan titik awal untuk memulai. Jadi kalau kamu mau nambah pengetahuan tentang nutrisi buat anak autis, boleh coba dibaca. Buku bisa kamu download disini
Komentar
Posting Komentar