Untuk aku yang lalu,

Aku menulis ini bukan untuk menyalahkanmu, tapi untuk menyapa dan mungkin sedikit menjelaskan. Aku minta maaf jika kau tidak mengenalku yang hari ini. Nyatanya, kehidupan, dengan segala liku dan pelajarannya, telah mengubahku menjadi seperti ini.

Aku berharap, dan terus berdoa, semoga setiap perubahan ini adalah hal yang baik dan semakin mendekatkan kita kepada-Nya.

Hai, ada beberapa hal yang ingin kusampaikan padamu.

Aku yang sekarang tidak terlalu suka pedas lagi. Lucu, ya? Dulu kita bisa dengan bangga menaklukkan level tertinggi, sekarang level 2 saja sudah bisa membuatku kepedasan, sementara level 1 terasa hambar. Kamu masih suka pedas, kan? Nikmatilah selagi bisa.

Oh, dan satu lagi. Aku sudah berani untuk makan di tempat umum sendirian. Tidak lagi sepertimu yang harus selalu menunggu ada teman baru mau makan di luar. Ternyata, makan sendiri sambil mengamati sekitar tidak seburuk yang kau kira.

Aku sekarang juga orangnya lebih cuek. Kalau belanja, aku hanya akan membeli barang sesuai daftar. Tidak ada lagi drama "muter-muter dulu menikmati pemandangan" di dalam toko atau mal. Alasannya sederhana: ada yang menunggu di rumah dan tidak bisa ditinggal lama. Dan sejujurnya, aku juga tidak mau meninggalkan mereka lama-lama. Prioritasku sudah bergeser.

Aku tahu, aku mungkin terlihat seperti orang lain di matamu. Sosok yang lebih tenang, lebih terburu-buru, dan dengan selera yang berbeda. Tapi percayalah, aku adalah kamu yang telah berjalan melewati waktu. Aku adalah kamu yang sekarang.

Jadi, tidak apa-apa ya kita berubah?

Aku rasa, inilah pelajaran terbesarku. Bahwa ada yang lebih penting daripada sekadar menjadi diri sendiri. Yaitu, berusaha menjadi versi diri yang Allah suka.

Berapa banyak orang di luar sana yang terjebak dalam dalih "inilah aku, apa adanya"? Mereka yang merokok, melakukan dosa, atau menyakiti orang lain, lantas dengan bangganya bilang, "Kalau tidak suka, silakan pergi."

Padahal, kita ini hanyalah penumpang. Sudah seharusnya seorang penumpang mengikuti aturan dari Sang Pemilik Bumi, bukan?

Perubahan itu tidak mudah. Rasanya seperti pelan-pelan merangkak lagi dari awal. Tapi aku akan terus mencoba, sambil menjalankan satu per satu janji yang telah kubuat untuk diri sendiri di masa depan.

Semoga Allah ijinkan untuk menjalankan semua resolusi yang aku buat. Aamiiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Kamu Enggak Bisa Normal???

silent is my choice

Memahami Diet Rotasi Eliminasi: Langkah Awal Praktis untuk Nutrisi Anak Autis