Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Alumni Teman Yovie Nuno dan Dikta Fever

Membuka laptop dan membaca tulisan lama rasanya sedikit menggelikan. Aku seperti membaca tulisan orang lain. Ada satu tulisan yang membuatku geli pada diriku sendiri. Dan berkali-kali menggelengkan kepala. Aku pernah selebay itu. Hehe. Dulu aku adalah fans berat Pradikta Wicaksono. Sebut saja @dikta Aku pernah ikut lomba menulis surat untuk kak Dikta yang diadakan TYN (teman yovie nuno) di tahun 2015. Nih aku kasih tahu penggalan suratnya yaa *** Dalam hal tertentu, aku memang sedikit berlebihan. Begitulah teman-temanku memandangku ketika melihat sosok seorang Pradikta Wicaksono. Setelah melihat Kak @dikta , tipe lelaki impian jadi berubah seperti dia. Suara kakak sudah menemani sebagian perasaan yang ada didalam hatiku. Harapanku di usia kak Dikta yang ke-30 ini, kak Dikta selalu diberikan kesehatan oleh Allah, rejeki lancar dan berkah, semoga tambah baik lagi kedepannya. *** Hai kak @dikta Aku minta maaf kalau aku tidak se-excited dulu ketika mendengar namamu disebut Aku minta maaf a...

Children see and Childreen do

Kebucinanku sama anak-anak udah sampai pada tahap yang hampir tiap detik bilang "Fizhan sayang, anak sholihnya ibu, ibu sayang sama Fizhan". Sering juga bilang "Mas Fariz, pinter, anak Sholih, anaknya ibu, ibu sayang mas Fariz". Eh suatu hari Fariz tantrum dan marah tiba-tiba karena ngerebut hpku, aku ngomong agak keras "Ibu balesin wa dulu, Fariz. Nanti boleh pegang hpnya lagi". Padahal saat itu aku lagi balesin beberapa wa terkait kerjaan. Fariz ini autis ya, ambil hp juga cuma dipegang aja, kadang ambil penggaris atau remot AC jg dipegang sambil dicium-cium. Nah sama kayak hpku yang jadi salah satu barang menarik buat dia. Selain itu, Fariz akan langsung marah, tiba-tiba nangis, kalau denger suara keras. Aku dan suami sudah coba mengontrol suara ya kalau dirumah. Kalau ternyata bocor suaranya, mood kita dalam kondisi yang enggak baik yaa diterima saja akibatnya hehe. Yaa gapapa sih, aku juga mengijinkan Fariz untuk marah kok, selama enggak ngerusak bara...

Sayang karena Allah

Pernah juga Fizhan tanya "ibu kenapa sayang sama Fizhan?" Ngapain dia nanya yaa, kan aku mencintainya tanpa syarat. Hehe Aku cuma meringis sambil mikir jawaban. Belum sempat jawab, lalu dia bilang "karena Allah ya Bu?" Entah lah dapat jawaban itu darimana. Mungkin dari sekolah, obrolan dengan ayahnya atau eyangnya. Lalu otomatis mikir. Iya juga yaa. Yang menitipkan rasa sayang dalam hatiku ini kan Allah. Selama ini pikiranku cuma bilang "kasih ibu kepada Beta tak terhingga sepanjang masa". Padahal ada ibu kalau marah, anaknya dipukul. Anaknya manjat-manjat dimarahin. Kasih sayang ibu itu terbatas. Lagi sayang banget kalau anaknya lucu, kalau anaknya ngereog ya berubah jadi reog juga hehe. Langsung deh aku bilang "iya, makanya ibu ajarin Fizhan ngaji sama sholat, itu ibu mau bilang terimakasih ke Allah, soalnya Allah udah bikin ibu sayang sama Fizhan, dan nitipin Fizhan ke Ibu. Besok kalau belajar ngaji dan sholat sama Miss, yang sungguh-sungguh ya...

Skincare-an? Emang Penting?

"Pelan-pelan dik, harus mulai dirawat". Ucap guru yang biasa bimbing aku mengaji ketika aku dengan bangganya bilang kalau udah enggak pernah skin care an setelah punya anak, gendut enggak masalah yang penting sehat. Padahal enggak ada gendut yang sehat kayaknya hehe. "Kalau dirawat, kita enak, yang memandang dirumah juga enak. Sekarang dibalik aja, kalau dirumah dandan yang cantik, kalau diluar ga usah dandan gapapa." "Bayangin aja, suami diluar ketemu yang cantik, wangi, mas dirumah yang dilihat kumel." "Tapi kan butuh budget mbak" "Iya, kan pelan-pelan. Ada yang lebih berhak untuk melihat kita cantik dan wangi daripada yang diluar. Kalau anak, kita capek ngurus, masih bisa minta tolong orang lain. Kalau suami, hanya istri yang benar-benar bisa melayani." *** "Mas aku mau coba skinkeran lagi boleh?" "Boleh. Bertahap yaa" Kaget sih dia bilang begitu. Kupikir dia akan bilang "gausaaaah" hehe. Tapi tahu aja d...

Untuk Kamu, Aku yang Dulu

Untuk aku yang lalu, Aku minta maaf jika kau tidak mengenalku yang hari ini. Nyatanya kehidupan telah mengubahku menjadi seperti ini. Semoga perubahan ini adalah hal yang baik dan makin mendekatkan kita kepadaNya Hai, aku ingin menyampaikan bahwa aku sekarang tidak terlalu suka pedas. Kadang level 2 menjadi sangat pedas, dan level 1 menjadi kurang pedas. Kamu masih suka pedas kan? Aku sudah berani untuk makan di tempat umum sendirian, tidak sepertimu yang harus ada teman dulu baru mau makan diluar. Aku sekarang orangnya cuek, kalau belanja cuma sesuai list, ga muter-muter dulu menikmati pemandangan hehe. Karena yang dirumah gabisa ditinggal lama dan aku juga enggak mau ninggalin lama-lama. Aku mungkin terlihat seperti orang lain dimatamu, tapi aku adalah kamu yang sekarang. Jadi, gapapa ya berubah? Ada yang lebih penting daripada jadi diri sendiri, tapi jadi yang Allah suka. Berapa banyak orang yang merokok, melakukan dosa lantas dengan bangganya bilang "ya inilah aku kalau gasuka...

Rica-Rica ISI Solo

Sewaktu kuliah, ada satu warung yang sering kukunjungi. Aku dan teman-temanku biasa menyebutnya Rica ISI. Yaa, warung ini menyediakan menu spesial rica-rica ayam super pedas, beberapa macam masakan sayur, dan beraneka gorengan. Dulu ketika aku masih berstatus sebagai mahasiswa, sekitar tahun 2013, dengan membawa uang 10 ribu rupiah bisa dapat sepiring nasi rica ayam plus sayur, segelas es teh manis, 2 biji gorengan. Porsinya jangan ditanyaaa, kamu bakalan kenyang sampai malam kalau makan siang pakai ini. Hehe. Kemarin aku kembali mengunjungi warung ini. Kulihat pengunjungnya semakin beragam. Bukan hanya mahasiswa sepertiku dulu, tetapi kulihat rombongan tiga ibu beserta anak-anaknya yang berumur antara 4-6 tahun, yang akhirnya kuasumsikan bahwa usia ibu-ibu tak jauh dari usiaku saat ini. Selesai makan, aku beranjak dan menuju ke tempat dimana aku memesan makanan, tidak ada meja kasir. Aku menyebutkan makanan dan minuman yang kupesan tadi. "Nasi rica sayur, jeruk anget, dan tahu ba...

Kisah Ani dan Budi (1)

Sepulang sekolah, Budi menemukan Kakeknya yang berdiri menghadap cermin dikamarnya sambil menyisir rambutnya yang hampir seluruhnya berwarna putih. "Eyang mau pergi kemana?" Tanya Budi melihat sang Kakek yang mengenakan kemeja birunya. Kakek tersenyum menatap cucunya. "Apakah kamu pernah melakukan petualangan yang menakjubkan?" "Tentu pernah, kemarin aku baru saja pergi bersama Ayah dan Ibu bermain berbagai macam mainan." Sang kakek menggeleng, "Ah itu memang menyenangkan. Apa kau mau menemani kakek untuk berpetualang bersama?" "Tentu, aku mau," jawab Budi "Bagaimana kalau kau ajak Ani sekalian, rasanya berdua kurang menyenangkan." Budi memanggil adiknya untuk mengajaknya berpetualang bersama Kakek. "Kalau begitu, kalian bukalah lemari Kakek, dan temukan kejutan di dalamnya". "Siaaap kek," keduanya menunjukkan sikap hormat. Sambil berdebar-debar, Budi lalu membuka pintu rahasia. Budi dan Ani menemukan sebua...

Rela

Mereka bilang syukurilah saja Padahal rela tak semudah itu -feby putri- Menurut Kubler-Ross, ada 5 tahap yang dialami seseorang waktu menerima kabar buruk, yaitu 1. Penyangkalan (Denial) Sewaktu Fariz disuruh terapi okupasi, sempat kesel sama dokternya. "Ah paling terapi wicara sebulan bisa ngomong". Eh terapi okupasi 3.5 tahun belum bisa juga 😅😅 2. Marah Bahkan Fariz pernah jd sasaran marahku berulang kali, berulang kali bilang "kamu kenapa gabisa normal?". Pernah juga bilang "ibu capek, kamu cuma bisa nangis sama marah aja" Tolong jangan ditiru yaa. Sampai sekarang saya menyesal banget pernah ngomong gitu ke anak. 3. Menawar (Bargaining) Yaa gimana yaa pasti ada perasaan, "Fariz, ayo ngomong aja, yang penting ngomong," Hihi. Dasar aku 4. Depression (Depresi) Yaa ini jelas dong. Tiap malem nangis sholat tapi nyalahin Allah. Bilangnya "ya Allah aku dosa apa?". Lah masih nanya lagiii, wudhu sholat aja belum bener wkwk 5. Penerimaan (Ac...

Capek

Siapa sih yang ga capek ngurusin hidup ? Masalah yang sama dihadapi berkali-kali. Udah kelar dapat solusi, muncul lagi. Pas pakai solusi yang sama ternyataa gabisa selesai. Atau pas udah selesai, bau bau gelombang masalah baru muncul lagiii. Bukan cuma urusan anak, urusan sama suami/istri atau orangtua/mertua bahkan orang lain macam tukang parkir atau tukang sayur langganan sekalipun. Kadang ada saja yang bikin kita kesal. Jangan diusir capeknya yaa Lelah badan, lelah jiwa, lelah hati. Jangan diusir yaa Kalau capek, ya istirahat. Bawa tidur dulu, bawa rebahan. Capek itu wujud kalau manusia itu gabisa apa-apa. Kamu juga butuh dimanja kok. Manja yang bikin kita cari perhatian Tuhan. Cari perhatian Allah. Jadi, jangan pernah berpikir kamu sendirian yaaa. Semua pasti pernah ada di titik lelah. Atau sangat lelah Capek, gabisa istirahat? Dicoba yuk, tarik nafas sambil dzikir, kamu cuma perlu manja ke Tuhan saja. Bukannya orang capek biasanya lebih banyak berdoa ? Karena kalau manja ke manusi...

Jembak (?)

"Nanti pecelnya pakai jembak yang banyak ya," kata Ibu mertua ketika beliau menyuruhku untuk membeli pecel bakmi di gang dekat rumah. "Jembak?" Aku mengulang perkataan beliau. Aku takut salah dengar lantas menjadi salah sebut ketika membeli nanti "Iya, jembak. Kamu enggak tahu to? Wes sana, nanti bu lestari lak yo tahu." Ucap Ibu sambil meneruskan pekerjaan di dapurnya. Hari itu genap seminggu aku menjadi istri orang. Baru sekitar empat hari aku tinggal dirumah suami bersama ibu mertua. Hari ini Ibu menyuruhku untuk membeli pecel untuk sarapan pagi. Dalam perjalanan menuju warung pecel, aku masih penasaran bagaimana wujud "jembak" itu. Sampai diwarung, aku pelan-pelan berkata kepada bu Lestari, penjual pecel. "Bu, tumbas pecel, jembak e sing kathah," aku mengucapkan sambil setengah berbisik. Takut saja kalau ternyata pronounciation-ku salah. "Ooo jembaaaak," bu Lestari malah bersuara dengan lantang. Tidak ada yang heran dengan...