Anakku Kok Beda, Ya? Plis, Jangan Main 'Dokter-dokteran' Sendiri, Bun!

Hai Moms, hai Bun... Pernah nggak sih, malam-malam pas lagi scrolling medsos, eh, nemu postingan soal tumbuh kembang anak? Terus jadi kepikiran, "Lho, kok anakku belum bisa ini, ya?" atau "Duh, gejalanya kok mirip sama anakku?"

Dari situ, mulailah kita masuk ke lubang kelinci: googling gejala, nonton video sana-sini, sampai akhirnya kita bikin kesimpulan sendiri di kepala. "Jangan-jangan anakku autis," atau "Fix, ini pasti ADHD."

STOP! Tarik napas dulu, Bun. Pliiis, aku mohon banget, hati-hati ya. Jangan buru-buru pasang label ke anak kita sendiri.

Aku sering banget denger cerita, ada orang tua yang udah yakin banget anaknya autis karena telat bicara. Mereka panik, cemas luar biasa. Setelah diperiksakan ke ahlinya, ternyata "hanya" speech delay biasa yang butuh stimulasi dan terapi wicara, nggak sampai ke spektrum autisme. Beda, kan? Penanganannya pun beda.

Makanya, self-diagnosis itu lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Kalau memang kita melihat ada tanda-tanda yang bikin khawatir soal tumbuh kembang si kecil, langkah pertama yang paling benar adalah: datangi ahlinya.

Kenapa Harus ke Dokter? 'Kan Cuma Dilihat Doang?

Eits, salah besar! Justru ini poin pentingnya. Dokter, khususnya Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang (Sp.A(K)), nggak akan menegakkan diagnosis cuma dari "kelihatan"-nya aja.

Prosesnya itu panjang dan teliti banget. Aku ngomong gini karena aku ngalamin sendiri. Anakku, Fariz, perjalanannya panjang:

  • Umur 2 tahun didiagnosis GDD (Global Developmental Delay).

  • Umur 3 tahun, diagnosisnya berkembang jadi Gangguan Sensori Integrasi.

  • Umur 4 tahun, baru keluar diagnosis Autisme Sedang.

  • Dan di usia 4,5 tahun sampai hari ini, diagnosisnya menjadi Autisme Berat.

Lihat, kan? Nggak ada yang instan. Serangkaian tes yang dijalani itu banyaaak banget. Bukan cuma yang terlihat oleh mata kita sebagai orang awam.

Terus Kalau Ada Temen Nanya, Jawab Apa Dong?

Nah, ini juga sering nih. Kadang ada teman yang curhat, "Del, kok anakku/anaknya temenku belum bisa ngomong ya?"

Biasanya aku nggak langsung jawab macem-macem, tapi aku tanya dulu, "Usianya berapa?"

  • Kalau umurnya sekitar 2 tahun, aku bakal bilang, "Coba deh distimulasi dulu yang kenceng di rumah. Ajak ngobrol terus, bacain buku, kurangin gadget. Sambil kalau ada jadwal ke dokter anak buat imunisasi atau pas sakit, sekalian aja tanyain. Tanya aja, 'Dok, stimulasinya apa lagi ya? Atau apa yang harus saya lakukan?'"

  • Tapi kalau umurnya udah 3 tahun, jawaban aku lebih tegas: "Langsung ke dokter anak ya, jangan tunda lagi. Boleh ke dokter anak dulu, nanti biar dirujuk. Mau langsung ke terapis wicara atau psikolog juga boleh. Pokoknya, harus segera diperiksa. Kalau bingung mau ke mana, cari aja dulu yang terdekat dari rumah."

Kenapa aku bedain? Karena di umur 3 tahun kalau belum lancar bicara, menurutku itu udah lampu merah yang perlu segera ditangani. Tapi, kabar baiknya, usia segitu masih "muda" banget buat dikejar dengan terapi. Hasilnya bisa efektif banget!

Oke, Jadi Fix Harus Periksa. Tapi Mulai dari Mana Sih?

Ini dia pertanyaan jutaan ibu-ibu di luar sana. Bingung, cemas, takut sama diagnosisnya, tapi juga lebih takut lagi kalau anak dibiarkan tanpa bantuan.

Jawabannya cuma satu untuk memulai: Dokter Spesialis Anak, Konsultan Tumbuh Kembang (Sp.A(K)).

Dialah "kapten" dari semua proses ini. Dokter inilah yang akan: 🔹 Mewawancarai orang tua secara mendalam (sejarah kehamilan, kelahiran, semua detail tumbuh kembang). 🔹 Mengamati perilaku anak secara langsung di ruang praktik. 🔹 Meminta anak melakukan serangkaian tes sederhana untuk melihat kemampuannya. 🔹 Merujuk ke terapis (wicara, okupasi, perilaku) atau psikolog bila diperlukan untuk asesmen lebih lanjut.

Jadi, prosedurnya profesional banget, nggak asal tebak.

"Tapi, di daerahku nggak ada dokter tumbuh kembang, gimana dong?"

Tenang, selalu ada alternatif. Kalau dokter Sp.A(K) nggak ada, ini pilihan lainnya:

  1. Psikolog Anak: Mereka sangat kompeten untuk melakukan asesmen perkembangan dan perilaku.

  2. Klinik Tumbuh Kembang di Rumah Sakit Besar: Biasanya di RS tipe B atau A di kota besar terdekat, ada layanan ini dalam satu tim.

  3. Klinik Khusus Terapi Anak: Cari yang kredibel ya, Bun. Pastikan ada dokter atau psikolog penanggung jawabnya.

Intinya, jangan berhenti mencari bantuan profesional hanya karena kita bingung. Mendeteksi lebih dini itu bukan aib atau kegagalan, tapi langkah cinta paling nyata buat masa depan anak kita.

Peluk dari jauh ya, Bun! Kamu hebat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Kamu Enggak Bisa Normal???

Memahami Diet Rotasi Eliminasi: Langkah Awal Praktis untuk Nutrisi Anak Autis

Selamat Datang Kembali