Sebuah Perasaan
I hope you always find a reason to smile :)
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri
untuk tidak pernah merasakan perasaan yang menggelikan ini. Membuat semua
pekerjaan menjadi tak berarti apapun. Bayangkan saja tugas yang menumpuk sebegitu
banyak dan akan aku kerjakan hari ini, harus rela ku tinggalkan. Kenapa? karena
dahsyatnya perasaan ini. Semua waktuku habis. Bahkan untuk makan sekalipun aku
tak punya waktu.
Tetap saja kalah. Semua menjadi tidak enak.
Waktuku habis untuk menuruti egoku akan perasaan ini. Aku mencoba menyibukkan
diri. Tapi tetap saja lari ke arah itu. Aku lelah. Aku ingin berhenti. Aku tak
bermaksud ingin melupakan, hanya tidak bisakah ia datang di saat yang tepat.
Bukan di saat menumpuknya tugas-tugas seabrek dari dosen.
Sejujurnya, aku bukan orang yang setuju akan
statement jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku hanya suka lihat cowok-cowok
ganteng. Yah sebenarnya ini juga hobi cewek-cewek lain di luar sana juga bukan?. Aku suka melihat pemain basket yang
tinggi, putih, ganteng. Melihat cowok-cowok korea yang kadang cakep, walaupun
kadang cantik. Hehe. Melirik anak-anak fakultas kedokteran, yang dengan
kacamatanya, membuat kesan keren lebih melekat daripada kesan culun. Hanya
bergumam atau berbisik dengan teman sepermainan memberi tahu ada cowok
ganteng.
Tentu saja, setelah itu lupa. Terlalu banyak orang ganteng di dunia
ini. Jadi apakah semua orang kubilang ganteng berarti aku mencintainya? Tentu
saja tidak.
Witing tresna jalaran saka kulina. Aku lebih
menyukai pepatah jawa ini. Karena memang faktanya seperti itu. Karena kebiasaan
lah maka akan tumbuh cinta.
Selayaknya teman sekelas, kami hanya
saling menyapa ketika bertemu dan sekedar senyum sopan. Tak pernah lebih dari itu. Dan seperti yang aku bilang, sewaktu
melihatnya pertama kali, aku hanya bergumam sebentar “cakep” dan kemudian lupa.
Dalam pemikiranku, dia sama seperti pemain basket, cowok korea, ataupun
anak-anak kedokteran. Toh, gak mungkin juga aku sama dia kan? Kenapa? Tidak mungkin
saja. Akupun tak tahu alasannya.
Tetapi semuanya usai, aku tak lagi
memandangnya sebagai lelaki tampan yang memang pantas digilai wanita.
Sejak
kemarin.
Sejak interaksi kami lebih dari sekedar menyapa dan senyum.
Sempurna.
Hari itu aku merasa bahagia.
Entah kenapa. Aku ingin tetap disini. Aku masih tidak tahu karna apa. Aku
senang saat dia mulai bercanda mengejekku. Aku sebal. Tapi hatiku senang.
Aku selalu berfikir, mungkin ini hanya sebuah rasa bahagia, ketika bertemu
teman.
Aku tak mau menamakan perasaan ini. Ini
bukan cinta yang sedang dibicarakan anak muda. Ini bukan sayang yang bahkan
terlalu berlebihan jika digambarkan. Aku tak mau menamakan perasaan ini. Karena
aku tahu, ini hanya sebuah rahasia atas perasaan apa yan terjadi padaku.
Aku masih sibuk memikirkannya. Aku
masih menelantarkan tugas-tugas ku. Aku berharap, setelah semuanya
kuceritakan pada entah siapapun itu, perasaan itu hilang.
Dan akupun tak tahu kelanjutan kisah
ini.
Karanganyar, 8 Januari 2015
(:Adelia:)
Komentar
Posting Komentar