Khayalanku


I hope you always find a reason to smile

Ombak berdebur di tepi pantai. Aku memejamkan mata. Merasakan indahnya suara ombak di telingaku.
Suara ombak. Suara paling merdu di dunia. Aku tersenyum menatap teman-temanku yang asyik bermain air. Dan menjerit senang ketika ombak itu menghampiri mereka.
Berbeda denganku. Hanya duduk diam. Melihatnya dari kejauhan. Aku suka pantai. Namun, hanya memandang tanpa harus ikut terlibat di dalamnya. Tanpa harus bersentuhan dengan ombaknya.
Aku asyik dengan pikiranku sendiri. Teriakan teman-temanku tak terdengar olehku. Aku hanya memejamkan mata.
“Hai,” sebuah suara menyapaku.
Aku membuka mata. Dia.
Orang yang membuatku tak bisa merasakan apa itu jatuh cinta dan patah hati dalam sekejap atau waktu bersamaan. Entahlah. Aku justru menikmati sakit hati yang aku rasakan karena dia. Aku merindukannya. Namun, entah mengapa, aku takut jika aku bertemu dengannya rasa ini menguap begitu saja. Tapi, ternyata jantungku masih berdetak. Sangat cepat.
Aku hanya tersenyum . “Hai,” menjawab singkat panggilannya
“Masih sendiri?” tanyanya sambil memandang langit.
Aku mengangguk.
“bagaimana dengan pria-pria itu? Kudengar banyak sekali penggemarmu”
“Apakah aku harus menceritakan nasib mereka satu persatu? Kurasa perasaanku sama saja dengan perasaan mereka. Sakit.”
“apakah kau masih merasakan hal yang sama padaku?”
“entahlah, kau membuatku membenci dunia ini.”
“Kau harus menceritakan padaku”
“Sejak kapan peraturannya berlaku seperti itu?”
“Sejak aku memutuskan untuk melamarmu”
Aku tersenyum “Kapan kau akan melamarku? Apakah kau ingin membuatku melayang kemudian langsung kau lepaskan hingga aku jatuh dan hancur?”
“akan kuberi tahu jika kau berjanji padaku untu menceritakannya”
“aku tidak akan menceritakannya”
“mengapa?”
“karena di otakku, kau adalah orang yang paling kubenci. Kau nomor satu. Kaulah juaranya, untuk apa aku menceritakannya padamu?”
“bagaiman dengan hatimu? Terkadang otak dan hati seseorang tidak pernah bisa sejalan.” Ucapnya.
“ya, mungkin itulah yang terjadi padaku”
Dia terdiam,”jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, apa kau percaya”
“Kalau begitu, bersiaplah! Nasibmu akan menjadi seperti mereka”
“kenapa?”
“Entahlah. Aku hanya takut. Kau hanya lelaki seperti mereka. Memandangku, memilihku hanya karena aku memiliki orangtua yang kaya dan menurut mereka aku cantik. Aku hanya membayangkan ketika aku tua nanti, siapa yang akan mendampingiku. Jika mereka seperti itu. Orang yang mencintaiku karena fisik suatu saat akan meninggalkanku karena fisik, orang yang mencintaiku karena harta, suatu saat akan meninggalkanku karena harta”
Aku memandangnya lagi. “Aku tidak ingin menghabiskan hidupku untuk orang yang aku cintai. Aku hanya ingin menghabiskan hidup untuk orang yang mencintaiku. Dan aku akan melakukan apapun agar ia tetap merasa nyaman disisiku, meskipun harus memaksa hatiku untuk mencintainya”
“bagaimana jika orang yang ada dihatimu, memilihmu, saat kau telah bersamanya”
Aku tersenyum dan menjawab dengan pasti,”aku sudah memilih dari awal, jadi aku pasti memilih orang yang telah bersama ku lebih dulu”
“bagaimana bisa?”
“apa kau tahu? Kalau orang tuaku bangkrut? Apa kau tahu kalau aku terkena kanker? Apa kau tahu itu semua? Dan kurasa, mereka yang menggemariku sudah berpindah pada gadis lain. Mereka akan mencari fisik yang lebih indah bukan yang lemah sepertiku. Dan tentu saja harta untuk kehidupan mereka kelak.”
Dia tersenyum. “Apa kau tahu? Aku tahu kau terkena kanker, sehari sebelum dokter mengatakan padamu bahwa kau terkena kanker. Kau ingin tahu dari mana? Ayahku adalah doktermu. Apa kau tahu? Aku tahu orang tuamu bangkrut sebelum kau mengetahuinya. Kapan? Tanpa kau sadari, ibumu dan ibuku adalah teman masa kecil. Mereka selalu menceritakan satu sama lain masalah mereka. Dan ibuku menceritakan masalah ini pada ayah dan padaku agar saat kita tak merasa sombong. Apa kau tahu”
Sesuatu yang hangat keluar dari mataku.
Dia membuka mulutnya lagi. “kau ternyata tidak tahu apapun. Aku sudah bilang pada ibumu bahwa aku menyukaimu. Dan ibumu menyetujuinya. Dan kata ibumu, kau mau menikah dengan siapapun lelaki yang dipilhkan ibumu. Karena kau merasa, tak ada gunanya. Toh sebentar lagi kau akan meninggalkan dunia ini. Jadi, aku akan tetap suamimu. Meskipun kau menolakku”
Ya, dia benar. Aku tidak tahu apapun.
Aku diam. Aku menangis. Terlalu senang untuk mendengar kabar bahagia ini.
“Dan satu lagi. Aku bukan lelaki seperti yang kau katakan. Kau menolakku? Tapi, aku akan tetap menikahimu. Itulah nasib buruk yang akan menimpamu”
Dia tersenyum. Dan aku merasa seluruh dunia juga tersenyum padaku. Tidak ada kebahagiaan dalam hatiku, kecuali ini yang aku inginkan.
Kalian pasti tahu apa yang aku rasakan. Kalian pasti senang mendengar ceritaku ini. Terasa romantis sekali. Akupun sama, senang mendengar cerita ini. Orang yang kau cintai kini berada dihadapanmu. Dan ia berkata bahwa ia memilihmu.
Tapiiii, sayang sekali.
Tahukah kalian? Aku hanya berkhayal.
Kalian kaget?
Kalian kecewa?
Ya, aku hanya berkhayal.
Dia tetap bermain dengan teman-temanku. Tanpa pernah menghampiriku.
Aku? Aku masih sehat. Setidaknya aku bersyukur bukan? Aku tak pernah divonis kanker otak. Dan kau tahu? Ayahnya bukan dokter.
Sekali lagi. Aku hanya berkhayal.
Ibuku dan ibunya juga tak mengenal satu sama lain. Dan orang tuaku tak pernah bangkrut. Perusahaan ayahku masih berdiri megah di tengah kota metropolitan sana.
Aku berkhayal.
Jadi, maafkan aku.
Namun, terkadang aku menginginkan semua itu terjadi hanya untuk mendapatkannya kembali.
Aku ingin orang tuaku bangkrut, Aku ingin sakit, Aku ingin ayahnya dokter, Aku ingin ibuku dan ibunya bersahabat dari kecil.
Aku ingin semua khayalan itu menjadi nyata. Hanya untuk mengharapnya.
Mencintaiku.
Cerita masa kecil tentang cinderella dan pangeran yang selalu di bumbui dengan kalimat “live happily ever after” hanyalah sebuah cerita.
Maafkan aku Tuhan, yang tak pernah bersyukur atas semua pemberian-Mu.
Ia masih bercanda di bibir pantai itu dengan teman-temannya.
Dan suara ombak itu, hanya bisa kurasakan sendiri. Tanpa pernah terdengar sapaan itu.



Solo, 13 September 2012


nb: I just wrote this story. that's not my experience and my my love story. But sometime I imagined about someone whom I loved and yeeaaahh just because of my imagination, this story can be read. hehehehe



(:Adelia:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kok Kamu Enggak Bisa Normal???

Memahami Diet Rotasi Eliminasi: Langkah Awal Praktis untuk Nutrisi Anak Autis

Selamat Datang Kembali